Menteri apresiasi pengelolaan kotoran gajah jadi kertas
Menteri lingkungan Hidup Balthazar Kambuaya (ANTARA)
Pemanfaatan kotoran hewan untuk pembuatan kertas ini merupakan yang
pertama di Indonesia. KLH sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh
Taman Safari Indonesia,"
Bogor (ANTARA News) -
Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof Dr Baltasar Kambuaya mengapresiasi
pengelolaan kotoran gajah untuk pembuatan kertas yang dikembangkan oleh
Taman Safari Indonesia.
"Pemanfaatan kotoran hewan untuk pembuatan kertas ini merupakan yang
pertama di Indonesia. KLH sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh
Taman Safari Indonesia," kata Menteri saat meresmikan pusat pengolahan
kotoran gajah menjadi kertas Safari Poo Paper di kompleks Taman Safari
Indonesia, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jumat.
Menurut dia, daur ulang kotoran gajah sebagai kertas sangat baik
sekali. Karena diharapkan pengelolaan kotoran hewan dapat diadaptasi
oleh pihak lain.
Menteri mengatakan, pemanfaatan kotoran gajah sebagai kertas dapat mendukung upaya penyelamatan hutan.
"Selama ini kertas diproduksi dari pohon/hutan kita. Jika kotoran
gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas tentu ini dapat
mengurangi penggunaan kertas dari pohon," katanya.
Menteri mengatakan, KLH mendorong agar para pengguna kertas seperti
perusahaan atau instansi lain dapat memanfaatkan kertas dari kotoran
gajah tersebut.
"Seperti di kantoran itu penggunaan kertas cukup banyak. Kita berharap ini bisa dikembangkan menjadi industri," katanya.
Dalam peresmian tersebut Menteri sempat meninjau proses pembuatan kertas dari kotoran gajah.
Kepala divisi bidang pertamanan kompos dan kertas, Mukdor Khasani
menjelaskan proses pembuatan kertas dari kotor gajah tersebut melalui
beberapa tahapan diawali dengan mencuci kotoran gajah dengan air. Kotoran gajah yang telah dicuci, berupa serat sisa makanan yang
masih basah, lalu dijemur di sinar matahari hingga kering dan berubah
warna seperti warna coklat susu. Serat kering kotoran gajah tersebut masuk dalam proses pembuatan
bubur kertas yang diawali dengan mencampurkan serat kotoran dengan
kertas bekas.
"Perbandingan pencampuran ini 3 kilo kotoran gajah dan 1 kg kertas bekas," kata Mukdor.
Selanjutnya, kata Mukdor, kotoran gajah dan kertas diblender dalam
alat khusus. Setelah itu direbus. Perebusan berlangsung selama 15 menit.
Setelah direbus, antara bubur kertas dan bubur kotoran gajah dicetak
di atas skring kain dengan ukuran 40 x 50 cm, lalu dijemur untuk
menjadi kertas kering. Ia mengatakan, kertas dari kotoran gajah ini tidak murni dari kotoran saja, tapi dicampur dengan kertas bekas.
Pembuatan kertas dari kotoran gajah ini dimulai sejak enam bulan lalu. Berawal dari eksperimen dua pegawai TSI. Ia mengatakan, proses pembuatan kertas dari kotoran gajah dapat berlangsung selama satu hari.
Dalam satu hari TSI menghasil 2 ton kotoran gajah dari 40 ekor yang ada.
"Dari 2 ton kotoran diolah setiap harinya. Dari 100 kg serat kotoran
dikeringkan menghasilkan 4 kg kotoran kering. Dari 4 kg serat kering
menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40x50 cm," katanya.
Mukdor menambahkan proyek pengelolaan kotoran gajah ini dijadikan
pupuk kompos dan kertas. Pupuk kompos sudah dimulai sejak 1990.
"Kertas dari kotoran gajah ini sudah dibuat untuk buku, amplop, cetak foto, undangan dan frame foto,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar