Kamis, 29 November 2012

 

Menteri apresiasi pengelolaan kotoran gajah jadi kertas



Menteri lingkungan Hidup Balthazar Kambuaya (ANTARA)

Pemanfaatan kotoran hewan untuk pembuatan kertas ini merupakan yang pertama di Indonesia. KLH sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia,"


Bogor (ANTARA News) - Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof Dr Baltasar Kambuaya mengapresiasi pengelolaan kotoran gajah untuk pembuatan kertas yang dikembangkan oleh Taman Safari Indonesia.

"Pemanfaatan kotoran hewan untuk pembuatan kertas ini merupakan yang pertama di Indonesia. KLH sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia," kata Menteri saat meresmikan pusat pengolahan kotoran gajah menjadi kertas Safari Poo Paper di kompleks Taman Safari Indonesia, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jumat.

Menurut dia, daur ulang kotoran gajah sebagai kertas sangat baik sekali. Karena diharapkan pengelolaan kotoran hewan dapat diadaptasi oleh pihak lain.

Menteri mengatakan, pemanfaatan kotoran gajah sebagai kertas dapat mendukung upaya penyelamatan hutan.

"Selama ini kertas diproduksi dari pohon/hutan kita. Jika kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas tentu ini dapat mengurangi penggunaan kertas dari pohon," katanya.

Menteri mengatakan, KLH mendorong agar para pengguna kertas seperti perusahaan atau instansi lain dapat memanfaatkan kertas dari kotoran gajah tersebut.

"Seperti di kantoran itu penggunaan kertas cukup banyak. Kita berharap ini bisa dikembangkan menjadi industri," katanya.

Dalam peresmian tersebut Menteri sempat meninjau proses pembuatan kertas dari kotoran gajah.
Kepala divisi bidang pertamanan kompos dan kertas, Mukdor Khasani menjelaskan proses pembuatan kertas dari kotor gajah tersebut melalui beberapa tahapan diawali dengan mencuci kotoran gajah dengan air. Kotoran gajah yang telah dicuci, berupa serat sisa makanan yang masih basah, lalu dijemur di sinar matahari hingga kering dan berubah warna seperti warna coklat susu. Serat kering kotoran gajah tersebut masuk dalam proses pembuatan bubur kertas yang diawali dengan mencampurkan serat kotoran dengan kertas bekas.

"Perbandingan pencampuran ini 3 kilo kotoran gajah dan 1 kg kertas bekas," kata Mukdor.

Selanjutnya, kata Mukdor, kotoran gajah dan kertas diblender dalam alat khusus. Setelah itu direbus. Perebusan berlangsung selama 15 menit.

Setelah direbus, antara bubur kertas dan bubur kotoran gajah dicetak di atas skring kain dengan ukuran 40 x 50 cm, lalu dijemur untuk menjadi kertas kering. Ia mengatakan, kertas dari kotoran gajah ini tidak murni dari kotoran saja, tapi dicampur dengan kertas bekas.
Pembuatan kertas dari kotoran gajah ini dimulai sejak enam bulan lalu. Berawal dari eksperimen dua pegawai TSI. Ia mengatakan, proses pembuatan kertas dari kotoran gajah dapat berlangsung selama satu hari.
Dalam satu hari TSI menghasil 2 ton kotoran gajah dari 40 ekor yang ada.

"Dari 2 ton kotoran diolah setiap harinya. Dari 100 kg serat kotoran dikeringkan menghasilkan 4 kg kotoran kering. Dari 4 kg serat kering menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40x50 cm," katanya.

Mukdor menambahkan proyek pengelolaan kotoran gajah ini dijadikan pupuk kompos dan kertas. Pupuk kompos sudah dimulai sejak 1990.

"Kertas dari kotoran gajah ini sudah dibuat untuk buku, amplop, cetak foto, undangan dan frame foto,"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar